KH Miftakhul
Akhyar
Nabi Nuh adalah
bapak ke dua dari pada ambiya’ setelah nabi Adam AS. Beliau diutus oleh Allah
SWT bahkan sekian lama mendakwahkan tauhidnya tidak kurang dari 950 tahun.
Namun tanggapan dari Nabi Nuh sungguh sangat menyakitkan, sehingga yang
mengikuti ajarannya hanya beberapa gelintir manusia. Sampai di saat turunnya wahyu
untuk menyelamatkan umat yang selalu taat terhadap ajarannya Nabi Nuh dari
ancaman angin topan dan banjir bandang. Dengan perahu yang dibuat, umatnya yang
tidak kurang dari 80 gelintir manusia mengikuti Nabi Nuh dengan setia. Yang
sangat menyediahkan adalah anaknya sendiri Kan’an yang di luar dari 80 orang
tersebut. Ini pelajaran penting bagaimana penolakan-penolakan kaum Nabi Nuh
terhadap dakwahnya. Dan itupun diturunkan untuk semakin memperkuat bagaimana
Rasulullah SAW menghadapi umat bahwa semua tugas-tugas yang diemban oleh para
ambiya’ dan Rasul akan mengalami tantangan-tantangan yang berat. Kalaulah pada
zaman dahulu kala para ambiya’ dan Rasul sudah dibodoh-bodohkan dianggap orang
gila, dianggap sebagai orang yang rusak akalnya dlsb, ini sebagai gambaran agar
para ambiya’ dan Rasul setelahnya termasuk Nabi Besar Muhammad SAW tidak
terlalu sedih jika mereka juga menerima perlakuan yang sama. Rasulullah SAW
bersabda : Manusia yang paling besar mendapatkan ujian terutama dari kaumnya
adlah para ambiya’ dan Rasul, dan para ulama, pewaris dari ambiya’ tersebut.
Oleh karena itu, mari sekarang kita mempelajari bagaimana sang putra Nabi Nuh
di saat genting-gentingnya, mara bahaya sudah di depan mata, namun dia
berketetapan hati untuk tidak mengikuti jejak dan perintah sang ayah. (Lihat
Q.S. Huud : 41-43).
Ternyata yang mengikuti perintah dan ajakan beliau hanya 80 orang. Dan termasuk putranya Kan’an adalah orang yang terlalu percaya diri, namun dia tidak tahu bahwa kepercayaan diri itu hanyalah disetir oleh nafsu dan kesesatan. Bukankah dia keturunan seorang nabi, bukankah dia keturunan seorang Rasul. Rasulullah SAW dalam dalam hadis yang shohih bersabda : Barang siapa yang amalnya, tidak sesuai dengan yang diamalkan oleh orang tuanya, walaupun orang tuanya seorang nabi ataupun Rasul, nasabnya tidak akan memberi arti apa-apa.” (HR Imam Muslim). Seorang Kan’an seorang putra Nabi dan Rasul dia telah menyimpang, dia telah mengambil jalan lain dari ajakan orang tuanya yang juga sebagai Nabi dan Rasul yang menghabiskan wakktu dan usianya hanya untuk berdakwah, di titik penghabisan dia termasuk orang yang ditenggelamkan oleh Allah SWT. (Lihat Q.S. Huud : 45-46).
Hai Nuh, walaupun Kan’aan adalah anakmu dari segi biologis, tetapi dari segi akidah dan dalam agama dia dianggap bukan dari keluargamu, bukan termasuk kamu. karena dia punya amalan yang tidak baik. amalnya tidak sholih. Maka amalnya dalam pandangan akidah tidak nyambung. Karena keturunan yang dianggapp nyambung adalah persamaan aqidah dan keyakinan. Kita menjadi umat Nabi Muhammad SAW, nilai kebaikan Rasululullah SAW akan bisa lekat kepada diri kita mana kala kita juga mengikuti segala ajarannya, amal kita mengikuti amal-amal yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kalau kita mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW tetapi punya amalan-amalan yang berbeda, amalan dan perilaku kita selalu melakukan hal-hal yang bid’ah, hal-hal yang melanggar ajaran agama, maka nialai keikutsertaan itu akan lenyap walaupun kita mengaku sebagai umat Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW menyatakan suatu statemen : Salman Alfarisi adalah termasuk keluargaku (menjadi keluarga besar) Nabi Muhammad SAW. Kenapa? padahal Salman Alfarisi adalah orang Persia. Karena dia mutaba’ah (mengikuti) jejak dan ajaran Rasulullah SAW. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada seorang yang nyambung nasabnya dengan Rasul, punya hubungan keluarga, tetapi kalau perbuatan dan perilakunya tidak mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah SAW, maka dia tidak termasuk keluarga besar Rasulullah SAW. (lihat Q.S. Ali Imron: 31)
Banyak kisah-kisah ambiya’ dan Rasul yang ada dalam Al-Qur’an, ini bertujuan untuk mengokohkan dan memantapkan hati dalam perjuangan agar Rasulullah mantap dan umatnyapun mengikuti jejaknya. Saat ini pemahaman terhadap Islam sangat tipis. Membedakan antara yagn haq dan yang batil sudah sulit, karena opini-opini yang ada sudah membolak-balikkan fakta. Mari kita pelajari dengan seksama ajaran-ajaran dan sunnah-sunnah Rasulillah SAW agar kita menjadi hamba yang selamat dan dihindarkan dari malapetaka dan bencana yang saat ini bertubi-tubi turun di Negara kita ini.
Ternyata yang mengikuti perintah dan ajakan beliau hanya 80 orang. Dan termasuk putranya Kan’an adalah orang yang terlalu percaya diri, namun dia tidak tahu bahwa kepercayaan diri itu hanyalah disetir oleh nafsu dan kesesatan. Bukankah dia keturunan seorang nabi, bukankah dia keturunan seorang Rasul. Rasulullah SAW dalam dalam hadis yang shohih bersabda : Barang siapa yang amalnya, tidak sesuai dengan yang diamalkan oleh orang tuanya, walaupun orang tuanya seorang nabi ataupun Rasul, nasabnya tidak akan memberi arti apa-apa.” (HR Imam Muslim). Seorang Kan’an seorang putra Nabi dan Rasul dia telah menyimpang, dia telah mengambil jalan lain dari ajakan orang tuanya yang juga sebagai Nabi dan Rasul yang menghabiskan wakktu dan usianya hanya untuk berdakwah, di titik penghabisan dia termasuk orang yang ditenggelamkan oleh Allah SWT. (Lihat Q.S. Huud : 45-46).
Hai Nuh, walaupun Kan’aan adalah anakmu dari segi biologis, tetapi dari segi akidah dan dalam agama dia dianggap bukan dari keluargamu, bukan termasuk kamu. karena dia punya amalan yang tidak baik. amalnya tidak sholih. Maka amalnya dalam pandangan akidah tidak nyambung. Karena keturunan yang dianggapp nyambung adalah persamaan aqidah dan keyakinan. Kita menjadi umat Nabi Muhammad SAW, nilai kebaikan Rasululullah SAW akan bisa lekat kepada diri kita mana kala kita juga mengikuti segala ajarannya, amal kita mengikuti amal-amal yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kalau kita mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW tetapi punya amalan-amalan yang berbeda, amalan dan perilaku kita selalu melakukan hal-hal yang bid’ah, hal-hal yang melanggar ajaran agama, maka nialai keikutsertaan itu akan lenyap walaupun kita mengaku sebagai umat Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW menyatakan suatu statemen : Salman Alfarisi adalah termasuk keluargaku (menjadi keluarga besar) Nabi Muhammad SAW. Kenapa? padahal Salman Alfarisi adalah orang Persia. Karena dia mutaba’ah (mengikuti) jejak dan ajaran Rasulullah SAW. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada seorang yang nyambung nasabnya dengan Rasul, punya hubungan keluarga, tetapi kalau perbuatan dan perilakunya tidak mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah SAW, maka dia tidak termasuk keluarga besar Rasulullah SAW. (lihat Q.S. Ali Imron: 31)
Banyak kisah-kisah ambiya’ dan Rasul yang ada dalam Al-Qur’an, ini bertujuan untuk mengokohkan dan memantapkan hati dalam perjuangan agar Rasulullah mantap dan umatnyapun mengikuti jejaknya. Saat ini pemahaman terhadap Islam sangat tipis. Membedakan antara yagn haq dan yang batil sudah sulit, karena opini-opini yang ada sudah membolak-balikkan fakta. Mari kita pelajari dengan seksama ajaran-ajaran dan sunnah-sunnah Rasulillah SAW agar kita menjadi hamba yang selamat dan dihindarkan dari malapetaka dan bencana yang saat ini bertubi-tubi turun di Negara kita ini.
0 Response to "Keteladanan Kisah Nabi Nuh As"
Posting Komentar