Prof DR H Syafiq
A Mughni, MA
Meneladani
Rasulullah haruslah dengan mencintai beliau. Karena tidak mungkin meneladani
tanpa mencintai. Bahkan mencintai Rasulullah SAW adalah bagian terpenting dari
sikap hidup kita. Insya Alloh kita akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat,
mendapatkan hikmah yang besar bagi perbaikan kehidupan kita pada saat ini dan
masa-masa yang akan datang. Sebagian masyarakat mencintai Rasul dengan
merayakan maulid nabi, menggelar festival, menggelar perayaan lain yang sangat
meriah, yang semuanya disertai dengan kegembiaraan, dengan kebanggaan,
mensyiarkan ajaran Rasulullah. Apabila semua itu dilakukan dengan baik dan cara
yang baik, maka merupakan bagian dari ibadah dan tuntutan ajaran Allah SWT.
Mungkin ini tidak merupakan keyakinan, tidak harus dipercaya sebagai sesuatu
yang hakiki, tetapi sesuatu yang majazi (pentamtsilan), betapa pentingnya dalam
diri Nabi Muhammad SAW. sehingga digambarkan dengan sesuatu perumpamaan yang
luar biasa.
Tetapi yang sangat penting bagi kita sesungguhnya adalah bagaimana kita sebagai umat Islam, pengikut Nabi Muhammad SAW meneruskan risalah yang dibawa oleh beliau. (lihat Q. S. Jum’at : 2)
Misi Alloh mengutus Nabi adalah Pertama, membacakan ayat-ayat Allah. Ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang merupakan pertanda kekuasaan dan keagunganNya. Semakin kita renungkan hukum alam, maka semakin dalam keyakinan kita atas keagungan dan kebesaran Allah. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan kita, tentang hukum alam ini, tentang ilmu pengetahuan, maka semakin kecil juga kesempatan kita untuk merasakan keagungan dan kebesaran Allah.
Kedua, membersihkan masyarakat. Masyarakat zaman nabi banyak sekali penyakit-penyakit sosial yang menghancurleburkan masyarakat pada saat itu. Salah satu di antaranya adalah riba. Sistem ekonomi yang eksploitatif. Yang menjadikan orang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin menjadi kaya. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin dalam. Dan inilah salah satu penyebab keresahan dan konflik sosial. Maka Rasulullah SAW diutus untuk menghancurkan sistem ekonomi semacam itu.
Ketiga, Mengajarkan al Qur’an. Yang merupakan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. dan menjadi salah satu dari dua sumber kehidupan kita. Nabi Muhammad SAW bersabda : taroktu fiikum amroini maa in tamasaktu bihimaa lan tadhillu abadan, kitaaballohi wasunnatar Rasuulih (aku tinggalkan dua hal, yang apabila engkau berpegang teguh pada keduanya, maka kamu tidak akan sesat, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul). Oleh karena itulah mari kita tidak henti-hentinya mempelajari al-Qur’an. Menjadikannya sebagai pedoman hidup, sebagai inspirasi yang tidak akan ada habis-habisnya. Semakin banyak kita baca semakin kita mendapatkan hikmah, mendapatkan inspirasi untuk memperkokoh kehiduapan kita dalam membangun masyarakat yang diridhoi Allah SWT.
Keempat, kebijaksanaan. Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana kita berjuang dengan penuh kebijaksanaan. Pada Suatu saat Rasulullah SAW pernah kedatangan dua orang yang beragama Nasrani di masjid. Keduanya ingin melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya oleh Umar bin Khatab ditolak, karena itu adalah masjid untuk umat Islam, maka orang Nasrani dilarang melakukan ibadah di situ. Tetapi nabi mengatakan : Biarkanlah mereka berdua melaksanakan ibadah di situ ya Umar. Maka dengan sikap nabi semacam ini, kemudian mereka bersimpati kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah teladan yang baik bagaimana kita berhasil di dalam memperjuangkan agama Allah SWT.
Tetapi yang sangat penting bagi kita sesungguhnya adalah bagaimana kita sebagai umat Islam, pengikut Nabi Muhammad SAW meneruskan risalah yang dibawa oleh beliau. (lihat Q. S. Jum’at : 2)
Misi Alloh mengutus Nabi adalah Pertama, membacakan ayat-ayat Allah. Ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang merupakan pertanda kekuasaan dan keagunganNya. Semakin kita renungkan hukum alam, maka semakin dalam keyakinan kita atas keagungan dan kebesaran Allah. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan kita, tentang hukum alam ini, tentang ilmu pengetahuan, maka semakin kecil juga kesempatan kita untuk merasakan keagungan dan kebesaran Allah.
Kedua, membersihkan masyarakat. Masyarakat zaman nabi banyak sekali penyakit-penyakit sosial yang menghancurleburkan masyarakat pada saat itu. Salah satu di antaranya adalah riba. Sistem ekonomi yang eksploitatif. Yang menjadikan orang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin menjadi kaya. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin dalam. Dan inilah salah satu penyebab keresahan dan konflik sosial. Maka Rasulullah SAW diutus untuk menghancurkan sistem ekonomi semacam itu.
Ketiga, Mengajarkan al Qur’an. Yang merupakan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. dan menjadi salah satu dari dua sumber kehidupan kita. Nabi Muhammad SAW bersabda : taroktu fiikum amroini maa in tamasaktu bihimaa lan tadhillu abadan, kitaaballohi wasunnatar Rasuulih (aku tinggalkan dua hal, yang apabila engkau berpegang teguh pada keduanya, maka kamu tidak akan sesat, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul). Oleh karena itulah mari kita tidak henti-hentinya mempelajari al-Qur’an. Menjadikannya sebagai pedoman hidup, sebagai inspirasi yang tidak akan ada habis-habisnya. Semakin banyak kita baca semakin kita mendapatkan hikmah, mendapatkan inspirasi untuk memperkokoh kehiduapan kita dalam membangun masyarakat yang diridhoi Allah SWT.
Keempat, kebijaksanaan. Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana kita berjuang dengan penuh kebijaksanaan. Pada Suatu saat Rasulullah SAW pernah kedatangan dua orang yang beragama Nasrani di masjid. Keduanya ingin melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya oleh Umar bin Khatab ditolak, karena itu adalah masjid untuk umat Islam, maka orang Nasrani dilarang melakukan ibadah di situ. Tetapi nabi mengatakan : Biarkanlah mereka berdua melaksanakan ibadah di situ ya Umar. Maka dengan sikap nabi semacam ini, kemudian mereka bersimpati kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah teladan yang baik bagaimana kita berhasil di dalam memperjuangkan agama Allah SWT.
0 Response to "Rasululloh Sebagai Uswah"
Posting Komentar