“Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan sendau gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut, 29: 64)
Allah telah menciptakan dunia ini sebagai
persinggahan sementara untuk menempatkan manusia dalam cobaan, menyucikannya
dari dosa-dosanya, membuatnya mencapai jiwa yang bernilai surga, dan menyingkap
kejahatan kafirin… Akan tetapi, sangat sedikit manusia merenungi dan meresapi
kebenaran ini: itulah mereka yang beriman sempurna.
Pandangan terhadap kehidupan
seorang mukmin yang telah meraih keimanan sempurna didasarkan pada kenyataan
yang sangat penting ini yang ditekankan dalam Qur'an. Tidak seperti kafirin,
orang seperti dia tidak merasa terikat pada kehidupan di dunia ini. Sebaliknya,
ia berjuang bagi kehidupan di hari kemudian. Sadar bahwa ia diciptakan “hanya
untuk menyembah Allah,” ia mengingat ayat, “Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (QS Al-Dzariat, 51; 56)
Sebagaimana disebutkan di muka, menyembah Allah
tidaklah terbatas pada menaati sejumlah bentuk pemujaan seperti bershalat wajib
atau berpuasa. Sebaliknya, menjadi hamba Allah mencakup sepenuh kehidupan
seseorang. Mukmin beriman sempurna adalah seseorang yang dapat diartikan sebagai
menghabiskan seluruh hidupnya melayani Allah. Ia hidup hanya untuk Allah,
bekerja hanya demi Allah, dan mengabdikan seluruh daya-upayanya demi tujuan
Allah. Ia benar-benar menyadari bahwa dunia ini bukan sesuatu melainkan tempat
cobaan. Dalam Qur'an, Allah menarik perhatian pada hal ini:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setitik mani yang bercampur,
lalu Kami uji dia; maka Kami jadikanlah ia mendengar, lagi melihat.”
(QS Al-Insan, 76: 2) Allah, lebih jauh, menarik perhatian ke sifat menipu dunia
ini dan memperingatkan manusia: Hai manusia! Sesungguhnya janji Allah adalah
benar. Maka, sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdaya kamu dan
sekali-kali janganlah orang yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang
Allah. (QS Al-Fathir, 35: 5)
Mereka yang beriman sempurna adalah mereka yang
tidak tertipu oleh keindahan kehidupan di dunia ini, betapa pun memikatnya
semua itu terlihat. Hal ini karena Kitab Allah telah menunjuki mereka wajah
sejati kehidupan di dunia ini. Sebagaimana dikatakan Qur'an, kehidupan dunia
ini adalah “permainan”, “senda gurau”, “pawai meriah”, “canda di antara
manusia”, dan “perlombaan menumpuk harta dan anak-anak”. Perumpamaan setara
berikut dalam Qur'an memperjelas sifat dunia ini:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megah antara kamu, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian tanaman itu kering dan kamu melihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu. (QS Al-Hadid, 57: 20)
Sebagaimana diungkapkan contoh ini, tak sesuatu
pun di dunia akan menahan pengaruh merusak waktu; tidak rumah-rumah yang megah,
mobil yang mengkilap, pemandangan yang memukau, maupun orang muda dengan karir
cemerlang dapat menyelamatkan diri sendiri.. Semua yang baru melayu, yang muda
menua. Waktu menghancurkan benda-benda yang paling berharga dan membuat
semuanya kehilangan pesona. Saat-saat yang paling berkesan lewat dengan cepat
dan menjadi sejarah. Setelah beberapa saat, semua yang baik menjadi
kenang-kenangan yang kabur. Dalam satu ayat, Allah memberitahu kita tentang
nafsu yang membuat manusia terikat kepada dunia ini:
Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia;
dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga). (QS Al-Imran, 3: 14)
Sifat umum nikmat-nikmat dunia yang ditekankan
dalam ayat di atas adalah kefanaan dan keterbatasannya. Karena alasan inilah,
tidak sesuatu pun ada di dunia ini yang manusia dapat berserakah mengikat diri
kepadanya. Tidak rupa fisik manusia, yang cuma tulang dan daging, tidak pula
benda-benda lahiriah, yang semuanya rentan dan akhirnya lapuk, membolehkan
manusia mengikat diri ke dunia. Nikmat-nikmat yang kita lihat di sekeliling
kita tidak lebih dari salinan tak sempurna nikmat-nikmat di surga dan
diciptakan dengan maksud sebagai peringatan akan hari kemudian.
Mereka yang beriman sempurna yang telah meresapi
kenyataan penting ini menerima manfaat terbaik yang mungkin di dunia ini.
Namun, ada satu perbedaan pokok antara mereka dan orang-orang yang terbuai oleh
dunia ini; mereka tidak merasa rakus akan nikmat-nikmat ini. Sebaliknya, mereka
merasa bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia karuniakan kepada mereka, sebab
mereka mengetahui bahwa pemilik sejati semua benda di bumi adalah Allah.
Mereka yang mengira memiliki harta, kecantikan,
atau kekuasaan sesungguhnya memperdaya diri sendiri, karena bukan mereka yang
telah menciptakan semua itu. Mereka tidak mampu menciptakan bahkan satu saja
dari semua itu. Lebih jauh, mereka tidak dapat mencegah semua itu dari
kepunahan. Mereka sendiri adalah makhluk yang diciptakan… Suatu hari, mereka
pasti kan mencicipi kematian, meninggalkan di belakang semua yang menjadi milik
kehidupan ini. Kesadaran akan ayat, “Sesungguhnya orang-orang itu
menyukai kehidupan yang dekat (di dunia), dan mereka abaikan di belakang mereka
hari yang berat.” (QS Al-Insan, 76: 27) adalah apa yang membedakan
mereka yang beriman sempurna dengan mereka yang hidup dalam kelalaian. Mereka
yang beriman sempurna mempersiapkan diri bagi kehidupan selanjutnya, bukan yang
satu di dunia ini. Qur'an mencatat doa orang-orang ini:
Dan di antara mereka ada orang
yang mendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al-Baqarah, 2: 201)
Sebagai ganjaran bagi perilaku dan doa tulus
mereka, Allah memberi mereka nikmat baik di dunia maupun di akhirat. Allah
memberikan kabar gembira tentang hal ini dalam Qur'an sebagai berikut:
Karena itu Allah memberikan
kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Al-Imran, 3: 148)
Bagi mereka berita gembira di
dalam kehidupan di dunia dan (di dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada
perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah
kemenangan yang besar. (QS Yunus, 10: 64)
0 Response to "PANDANGAN MEREKA YANG BERIMAN SEMPURNA TERHADAP KEHIDUPAN DUNIA INI"
Posting Komentar