A . PENGERTIAN
IMAN KEPADA MALAIKAT
Iman
kepada malaikat artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. Menciptakan
malaikat yang diberi tugas untuk melaksanakan perintah-Nya. Malaikat itu makhluk
ghaib yang diciptakan Allah dari nur atau cahaya yang selalu patuh dan taat
kepada Allah SWT.
Iman kepada malaikat termasuk rukun iman
yang kedua dan kedudukannya sama dengan iman kepada rukun iman yang lainnya,
sebab rukun iman yang jumlahnya enam itu merupakan satu rangkaian yang tidak
dipilih. Misalnya beriman kepada malaikat saja, tetapi tidak mau beriman kepada
yang lain, maka hal tersebut termasuk iman yang tidak sempurna.
SURAT
AT TAHRIN AYAT : 6
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.”
B
. NAMA-NAMA
MALAIKAT DAN TUGASNYA
Jumlah Malaikat banyak sekali. Namun
yang wajib kita ketahui hanya sepuluh Malaikat. Mereka mempunyai tugas dan
tanggung jawab masing-masing dari Allah SWT.
Perhatikan dalil naqli Al-Qur’an berikut :
SURAT
AL INFITAR AYAT : 10-14
Artinya: “Padahal sesungguhnya bagi
kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),”
Artinya: “yang mulia (di sisi Allah)
dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),”
Artinya: “mereka mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang
yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,”
Artinya: “dan sesungguhnya
orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.“
Adapun sepuluh Malaikat beserta
tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
No
|
Malaikat
|
Tugasnya
|
1
|
Jibril
|
Menyampaikan
wahyu kepada Nabi dan Rasul, yaitu sejak Nabi Adam as. Sampai kepada Nabi
Muhammad saw.
|
2
|
Mika’il
|
Mengatur
hujan, angin, bintang-bintang, dan mengatur pembagian kepada seluruh makhluq
di dunia
|
3
|
Isroil
|
Meniup
sangkakala atau terompet pada saat terjadi hari kiamat
|
4
|
Izro’il
|
Mencabut
nyawa makhluq Allah
|
5
|
Nakir
|
Menanyakan
dan memeriksa amal manusia di alam kubur
|
6
|
Munkar
|
Menanyakan
dan memeriksa amal manusia di alam kubur
|
7
|
Roikib
|
Mencatat
semua pekerjaan manusia yang baik
|
8
|
Atid
|
Mencatat
semua pekerjaan manusia yang buruk
|
9
|
Malik
|
Menjaga
neraka
|
10
|
Ridlwan
|
Menjaga
surge
|
C . SIFAT-SIFAT
MALAIKAT DAN MANUSIA
Malaikat
memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan manusia. Walaupun malaikat diciptakan
lebih dulu daripada manusia, namun manusia lebih mulia dari malaikat.
Sebagai
bukti ketika Allah SWT memerintahkan malaikat bersujud kepada Nabi Adam. Hal
itu menunjukkan bahwa Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih
mulia daripada Malaikat.
Perhatikan
Dalil Naqli Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 34 :
Untuk
lebih detailnya, perhatikan perbedaan sifat-sifat malaikat dan manusia di bawah
ini!
Perbedaan
sifat-sifat malaikat dengan manusia antara lain :
No
|
Malaikat
|
Manusia
|
1
|
Diciptakan dari Nur
atau cahaya
|
Diciptakan dari tanah
|
2
|
Selalu taat dan patuh
kepada Allah
|
Ada yang taat kepada Allah SWT dan ada
yang tidak taat kepada Allah SWT
|
3
|
Tidak laki-laki, tidak perempuan dan
tidak banci
|
Ada yang laki-laki, ada yang perempuan
dan ada yang banci
|
4
|
Tidak makan dan minum
|
Suka makan minum
|
5
|
Tidak berbapak dan
tidak beribu
|
Mempunyai bapak dan
ibu
|
6
|
Tidak mempunyai nafsu, tidak letih dan
tidak tidur
|
Mempunyai nafsu, sering lelah.
|
D . FUNGSI
IMAN KEPADA MALAIKAT
Fungsi
iman kepada malaikat adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sarana untuk mengendalikan diri dari perbuatan –perbuatan maksiat
2. Sebagai
sarana untuk mempertebal iman , bahwa segala tingkah laku manusia selalu
diawasi oleh malaikat .
3. Sebgai
sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah, bahwa datangnya kematian pasti akan datang . maka harus mempersiapkan
bekal yang cukup.
4. Sebagai
sarana pendidikan , bahwa semua perbuatan akan dipertanggung jawabkan di hari
kemudian
Surat Al – Baqarah ayat 1 - 3
Ayat ini terdiri dari tiga huruf, yaitu
alif, lam, dan mim yang dibaca secara terpisah meski tertulis
dalam bentuk satu kata. Ayat yang terletak di awal surah seperti ini disebut
pula dengan huruf at-tahajji (huruf abjad). Model ayat seperti ini
terdapat di terdapat 19 surah, seperti, alif laam raa, alif
laam miim shaad dan sebagainya. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang
ayat-ayat seperti ini. Menurut as-Suyuthi, pendapat yang tepat adalah bahwa ia
termasuk ayat mutasyabih (samar) yang mengandung rahasia Allah yang
hanya diketahui oleh-Nya. Sebagian ulama seperti Ibnu Abbas
berpendapat bahwa ayat (الم) dan ayat lain
yang sejenis merupakan singkatan dari kalimat tertentu. Ayat (الم)
misalnya dimaknai sebagai singkatan dari أنا الله أعلم
(Akulah Allah yang Maha Mengetahui).
Tuhan
menamakan Al – Qur’an dengan Al – Kitab yang disini berarti “yaitu bertulis”,
sebagai isyarat bahwa Al – Qur’an diperintahkan menulisnya.
Dalam at-Tafsir al-Muyassar, ayat di atas ditafsirkan bahwa inilah
Alquran yang merupakan kitab yang agung. Tak ada keraguan bahwa ia berasal dari
Allah. Tak satu pun dari orang bertakwa yang boleh meragukan penjelasannya.
Orang-orang yang bertakwa bisa mengambil manfaat darinya, baik berupa ilmu yang
bermanfaat dan amal saleh. Mereka itulah orang-orang yang merasa takut kepada
Allah dan rela mengikuti hukum-hukum-Nya.
Bagi orang-orang yang bertakwa, Alquran memang kitab suci yang tak
diragukan otentisitas dan kebenaran pesan yang dikandungnya. Ia menjadi
petunjuk (huda) bagi orang-orang yang bertakwa dalam menjalani hidup
ini. Namun bagi orang-orang yang tidak bertakwa, Alquran bisa jadi diragukan
kebenaran dan keasliannya. Hal inilah yang terjadi pada sebagian orang Islam
yang tergoda dengan para orientalis. Mereka teracuni pemikiran-pemikiran
para orientalis yang meragukan kebenaran Alquran. Keraguan-keraguan tersebut
akhirnya menggerogoti keimanan. Pada gilirannya, mereka pun tak lagi meyakini
Alquran sebagai kitab suci dari Allah yang pasti benar. Mereka bahkan
menganggap Alquran hanya sebagai naskah kitab suci biasanya yang bisa dikritik
dan diragukan kebenarannya.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan
Allah dengan mengikuti segala perintah - perintah-Nya, tidak cukup diartikan
dengan takut saja.
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan
penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki
oleh iman itu.
Yang ghaib ialah sesuatu yang tak dapat ditangkap oleh pancaindra. Percaya
kepada yang gaib yaitu, meyakini adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat
ditangkap oleh pancaindra, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya,
seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.
Shalat menurut bahasa Arab berarti doa. Menurut istilah syara’, shalat
adalah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi
dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri
kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan
melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun
yang batin, seperti khusyuk, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
Rezeki adalah segala sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan
sebagian rezeki berarti memberikan sebagian dari harta yang telah diberikan
oleh Tuhan kepada orang-orang yang ditentukan oleh agama, seperti orang-orang
fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan lain-lain.
Surat Fushilat ayat 30
Yang
dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir :
- Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan
oleh Abu Bakar Ash Shidiq dan Mujahid,
- Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban
Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
- Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut
menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.
Dan sebenarnya istiqomah bisa
mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling bertentangan.
Orang yang istiqomah dan teguh di
atas tauhid dan ketaatan, maka malaikat pun
akan memberi kabar gembira padanya ketika maut menjemput “Janganlah takut
dan janganlah bersedih“. Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan
ayat tersebut: “Janganlah takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan
janganlah bersedih dengan dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para malaikat nanti
yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa surga
yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari
berbagai macam kejelekan. Maka, kita wajib percaya atau beriman kepada para
malaikat.
0 Response to "PENGERTIAN IMAN KEPADA MALAI"
Posting Komentar