Add caption |
Abu Bakar
bin Abu Quhafah, turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin Luai, bin Kalb
Al-Qurasyi. Pada Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul. ibunya Ummul Khair
Salma binti Sakhr bin Anrir, turunan Taim bin Murrah juga . Dia lahir pada
tahun kedua dari tahun gajah, jadi dua tahun lebih tua Rasulullah daripadnya.
Sejak mudanya telah masyhur budinya yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji.
Dia sanggup menyediakan segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri.
Sebelum Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga.
Tatkala
telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakarlah laki-laki dewasa yang
mula-mula sekali mempercayainya. Rasulullah paling sayang dan cinta kepada
sahabatnya itu, kerana dia adalah sahabat yang setia dan hanya satu-satunya
orang dewasa tempatnya mesyuarat di waktu pejuangan dengan kaum Quraisy sangat
hebatnya.
Tiap-tiap
orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut
namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan kemahuan, kekerasan hti, pemaaf
tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak lagi cerdik.
Di dalam
mengatur pemerintahan, meskipun tidak lama, masyhur siasatnya yang mempunyai
semboyan keras tak dapat dipatahkan, lemah lembut tetapi tak dapat disenduk.
Hukuman belum dijatuhkan sebelum pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu
diperintahkan- nya kepada wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan
tergesa-gesa menjatuhkan hukum.
Salah
menghukum seseorang hingga tidak jadi terhukum, lebih baik daripada salah hukum
yang menyebabkan yang tidak bersalah sampai terhukum. Meskipun sukar hidupnya,
pantang benar baginya mengadukan halnya kepada orang lain.
Tidak ada
orang yang tahu kesusahan hidupnya, kecuali beberapa orang sahabatnya yang
karib yang senantiasa memperhatikan dirinya, sebagai Umar. Setelah dia diangkat
menjadi Khalifah, beberapa bulan dia masih rneneruskan pemiagaannya yang kecil
itu. Tetapi kemudian ternyata rugi, sebab telah menghadapi urusan negeri
sehingga dengan permintaan orang banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia
mengambil kadar belanja tiap hari daripada wang negara.
Jadi
Khalifah
Rasulullah
memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban sebagai seorang pendakwah.
Kedua bartindak selaku ketua kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai
seketika dia menutup mata, tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan
kaum Muslimin ketika itu perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat
tidak dapat tersusun persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab
itu perlu ada gantinya (khalifahnya).
Belum lagi
Rasulullah dikebumikan, telah timbul dua macam pendapat. Pertama ialah
menentukan pangkat Khalifah itu di antara kaum keluarga Rasulullah yang
terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula. Pertama rnenentukan pangkat
Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua hendaklah ditentukan di dalam
rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu dia menutup mata adalah orang
yang paling karib kepadanya saudara ayahnya; Abbas bin Abdul Muttalib dan anak
saudara ayahnya Ali dan Aqil, keduanya anak Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada
Abbas dan Aqil ialah kerana dia menjadi menantu pula dari Rasulullah, suami
dari Fatimah. Kelebihan Abbas ialah dia waris yang paling dekat kepada beliau.
Artinya jika sekiranya tidaklah ada beliau meninggalkan anak dan isteri, maka
Abbas itulah yang akan menjadi ashabah (waris yang menerima sisa harta) yakni
kalau harta Rasulullah boleh diwariskan.
Pendapat
kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar. Setelah Rasulullah wafat, berkumpulah
kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah balairung kepunyaan bani Saidah, balk
Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari persukuan Khazraj. Maksud mereka hendak
memilih Saad bin Ubadah menjadi Khalifah Rasulullah, sebab dialah yang paling
terkedahapan dari pihak kaum Ansar ketika itu.
Apa lagi
Saad sendiri telah berpidato kepada mereka yang menganjurkan bagaimana
keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama dalam membela Rasulullah dan
mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar Ansar, artinya pembela,
tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu melainkan Ansar.
Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari hadirin, semuanya setuju.
Tetapi salah seorang di antara yang hadir bertanya: Bagaimana kalau
saudara-saudara kita orang Quraisy tidak setuju, dan sekiranya mereka kemukakan
alasan bahwa merekalah kaum kerabat yang karib dan ahli negerinya, apa jawab
kita? Seorang Ansar menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak setuju,
lebih baik kita pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun memilih
pula Amir dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.
Saad
membantah sangat pendapat itu, dia berkata: Itulah pangkal kelemahan. Berita
permesyuaratan itu lekas sampainya kepada orang-orang besar dalam Muhajirin,
sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan lain-lain. Sebentar itu juga dengan
segera mereka pergi ke balairung itu. Baru saja sampai Abu Bakar terus
berpidato: Allah Taala telah memilih Muhammad menjadi RasulNya, membawa
petunjuk dan kebenaran. Maka diserunyalah kita kepada Islam, dipegangnya
ubun-ubun kita semuanya dan dipengaruhinya baiat kita.
Kamilah
kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk Islam, kamilah keluarga Rasulullah, dan
kamilah pula suatu kabilah yang boleh dikatakan menjadi pusat perhubungan semua
kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada satu kabilah pun yang tidak ada
perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula, kamu mempunyai kelebihan dan
keutamaan. Kamu yang membela dan menolong kami, kamulah wazir-wazir besar kami
di dalam pekeriaan besar agama ini, dan wazir Rasulullah, kamulah saudara
kandung kami di bawah lindungan Kitabullah, kamu kongsi kami dalam agama, baik
di waktu senang apa lagi di waktu susah. Demi Allah, tidak ada kebaikan yang
kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut menanamnya. Kamulah
orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan orang-orang yang
paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan suruhNya.
Janganlah
kamu dengki kepada saudara kamu kaum Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya
orang yang telah sudi menderita susah lantaran membela kami. Saya percaya
sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah kepada kami, kamu masih tetap cinta
kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh, bahwa nikmat yang telah dilebihkan
Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu hambat, saya percaya sungguh bahwa
kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya serukan kamu memilih salah seorang
daripada yang berdua ini, iaitu Abu Ubaidah atau Umar, keduanya saya percaya
sanggup memikulnya, dan keduanya memang ahlinya.
Setelah
selesai pidato Abu Bakar itu, maka berdirilah Khabbab bin Al-Munzir berpidato
pula:Wahai sekalian Ansar, pegang teguh hakmu, seluruh manusia di pihakmu dan
membelamu, seorang pun tidak ada yang akan berani melangkahi hakmu, tidak akan
diteruskan orang suatu pekerjaan, kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli
kegagahan dan kemuliaan, kaya dan banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman,
kuat dan gagah perkasa. Orang tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat
gerak kamu. Kamu jangan berpecah, supaya maksud kita jangan terhalang. Kalau
mereka tidak hendak memperhatikan iuga, biarlah mereka beramir sendiri dan kita
beramir sendiri pula.
Mendengar
itu Umar lalu menyambung pembicaraannya: Jangan, itu sekali-kali jangan
disebut: Tidak dapat berhimpun dua kepala dalam satu kekuasaan. Khabbab berdiri
kembali:Sekalian Ansar! Pegang teguh hakmu jangan undur, jangan didengarkan
cakap orang ini dan kawan- kawannya, lepas hakmu kelak. Hebat sekali
pertentangan Umar dengan Khabbab. Dengan tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan
berkata: Kaum Ansar! Ingatlah bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong,
rnaka ianganlah kamu pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan
tangkas Basyir bin Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam
golongan Ansar dari Aus: Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita mempunyai
beberapa kelebihan dan keutamaan, di dalam pejuangan yang telah ditempuhi oleh
agama ini. Tetapi ingatlah, pekerjaan besar itu kita lakukan bukanlah lantaran
mengharap yang lain, hanyalah semata-mata mengharapkan redha Allah dan taat
kepada Nabi kita, untuk penunjukan diri kita masing-masing kepada Tuhan!
Sebab itu
tidaklah patut kita me- manjangkan mulut menyebut-nyebut jasa itu kepada
manusia, jangan diambil menyebut-nyebut jasa itu untuk peningkat dunia.
Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita kemuliaan dan pertolongan bukan
sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang dari Quraisy, kaumnya lebih
berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi Allah, saya tidak mendapat
satu jalan untuk menentang mereka pada pekejaan yang telah terang ini. Takutlah
kepada Allah, jangan bertingkah dengan saudara-saudara kita Muhajirin, jangan
berselisih! Majlis tenang!
Ketika itu
berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu Ubaidah dan Umar, pilihlah mana di antara
keduanya yang kamu sukai dan baiatlah! Dengan serentak keduanya
membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami tidak akan mahu menerima pekerjaan
besar ini selama engkau masih ada, engkaulah orang Muhajirin yang lebih utama,
engkaulah yang berdua saja dengan dia di dalam gua ketika terusir, engkaulah
yang ditetapkannya menjadi gantinya sembahyang seketika dia sakit, ingatlah
bahwa sembahyang itu seutama-utama agama orang Islam! Siapakah yang akan berani
melangkahimu dan memegang pekerjaan ini
0 Response to "Kisah Sang Khalifah Abu Bakar As-Sidiq"
Posting Komentar