Menuntut Ilmu Tanpa Batas

DR. H. Abd. Kadir Riyadi, MA

Sejak Islam lahir dibawa oleh Rasulullah SAW, Islam identik dengan perjuangan dan kerja keras. Agama yang dibawa oleh Rasulullah ini harus mengahadapi sejuta musuh, sejuta tantangan sejuta rintangan bahkan tidak jarang nyawa Rasulullah dan pengikut-pengikutnyapun terancam. Oleh karena itu di mata Rasulullah SAW, di mata para sahabatnya, para tabiin, bahkan di mata kita sendiri yang sadar akan Islam. Islam adalah agama perjuangan, Islam menghendaki kita berjuang dan kerja keras untuk mejalani hidup yang seringkali terasa keras dan penuh persaingan ini. Islam mengajarkan agar kita berjuang melawan kebodohan dan kezhaliman, dan bahkan perjungan yang paling berat, yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabatnya adalah perjuangan melawan kebodohan atau apa yang kita sebut kejahiliyaan. 

Kekuatan jahiliyah ini begitu berbahaya, sudah sampai pada titik yang mengancam perkembangan dan kemajuan Islam. Simbol kejahiliyahan ini diwakili oleh orang-orang seperti Abu Jahl dan Abu Lahab yang secara harfiyah sudah bermakna orang yang bodoh. Kebodohan yang diwakilinya selama ini hampir mematikan perjalanan Islam bersama Rasulullah SAW, karena kekuatannya yang sangat dahsyat. Kekuatanya yang sangat membahayakan dan sempat membuat Rasulullah frustasi, putus asa menghadapi kekuatan jahiliyah ini. Begitu pentingnya peran ilmu pengetahuan dan dalam segala hal, yang bukan hanya ilmu agama. Tapi juga ilmu-lilmu non agama, yang semuanya dianjurkan oleh Rasulullah SAW, bahkan ada cerita yang sangat menarik disampaikan dalam kesempatan ini. Adalah seorang Abu Hanifah yang di dunia Islam terkenal sebagai ulama ahli fikih yang banyak pengikutnya terutama di Turki, tetapi jangan bayangkan Abu hanifah ini pekerjaannya pagi, siang, malam, selalu di masjid dan mengkaji kitab-kitab agama. Tetapi Abu hanifah di samping seorang faqih, ternyata juga punya kealian sebagai seorang insinyur dan sebagai tukang Jahit, punya bisnis toko jahit yang sangat sukses di Baghdad. Di samping itu juga seorang kontraktor, bahkan tercatat dalam sebuah tender pembangunan benteng di Baghdad, Abu Hanifahlah yang memenangkan tender itu dan beliau sendiri yang membangun benteng tersebut. Baik designnya maupun pengawasannya. 

Konon Imam Syafi’i juga demikian beliau mahir dalam bidang ilmu bisnis. Silakan buka buku-buku fikih Imam Syafi’i dan baca Kitabul Bai’ (Bab Perdagangan), maka kita akan kagum dan terkejut bila mengetahui ide-idenya tentang dunia perdagangan, yang layaknya seorang ahli ekonomi dan penasehat ekonomi bank dunia luar biasa, dan untuk dapat menulis seperti itu butuh pengalaman dan pengetahuan tentang dunia perdagangan, sehingga mustahil kalau beliau sendiri bukan pelaku bisnis perdagangan. 

Maka, pernah dalam sebuah rapat PBB untuk menyusun UU perdagangan internasional pada tahun 1965, bukunya Imam Syafi’i yang berkaitan dengan perdagangan dijadikan referensi utama untuk menentukan poin-poin dalam UU perdagangan Internasional. Ini adalah Imam Syafi’i yang karya bukunya mengagumkan. Seorang fakih, ahli agama bukan hanya duduk di pesantren, tetapi juga jalan-jalan ke mesir, jalan-jalan ke Irak untuk memantau dan meneliti aktivitas perdagangan di beberapa negara Islam, sehingga bukunya begitu akurat dalam merumuskan teori-teori perdagangan. Makanya al-Quran menyatakan fasiiru fil ardhi fanzhuruu (jalan-jalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah). Bukan hanya sekedar berjalan, tetapi kita analisa, kita fikirkan, apa yang sedang terjadi di dunia sana. 

Imam Syafi’i dalam sebuah qoulnya mengatakan bahwa dia seringkali sholat shubuh menggunakan wudhu waktu Isya’. Artinya mulai Isya’ sampai shubuh dia tidak batal, untuk apa semalaman, bermikir dan menulis buku, siangnya setelah shubuh mungkin tidur sebentar 1-2 jam, siangnya beraktifitas pergi ke pasar berdagang-mungkin mengajar dsb. Al-Ghozali juga demikian, beliau pernah mengadu kepada Allah, Ya Allah, mengapa malam begitu pendek padahal aku belum menyelesaikan sekian ribu permaslahan umat yang harus aku tulis, mengapa tiba-tiba subuh Ya Allah. Itulah Al-Ghozali, siangnya bekerja mengajar di sebuah Universitas An-Nizhomiyah, di Baghdad, siangnya mengkaji, membaca dan menulis, malam menjadi pendek digunakan untuk membaca dan menulis, siang menjadi semakin bersinar digunakan untuk mengajar dan berbuat hal-hal yang positif. Sebagian besar dari kita menggunakan malam yang panjang itu menjadi pendek dengan tidur yang terlalu lelap, siang yang begitu terang benderang kita buat gelap gulita dengan perbuatan kita yang tidak bermanfaat. Marilah kita mencontoh para leluhur kita para sahabat, para alim ulama. Marilah kita ingat dengan ayat al-Quran fasiruu marilah kita berjalan di muka bumi, kemudian belajar menuntut ilmu. Ilmu apa saja yang berguna, bagi kemajuan agama dan bangsa. Ilmu yang bisa membawa pencerahan bagi akal dan hati kita, menyelamatkan kita dari kegelapan dan kebodohan, gaya hidup yang Islami adalah hidup yang digunakan untuk mencari ilmu melalui kerja keras dan pemikiran yang keras pula. Gaya hidup yang jahiliy adalah hidup yang gelap karena tanpa ilmu dan upaya menuntut ilmu. 


iklan

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Menuntut Ilmu Tanpa Batas"

Posting Komentar