Peranan Masjid Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat

KH Ahmad Thoha, MA 

Kata masjid dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 28 kali. Dari segi bahasa, kata masjid terambil dari akar kata sajada-yasjudu-sujuudan (patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat serta ta’dhim). Adapun ismul makaan (nama tempat) adalah masjid (tempat bersujud), yakni bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat. Karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakekat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mencerminkan kepatuhan, tunduk, taat semata kepada Allah SWT. Dengan demikian, masjid sebagai pangkal tempat orang Islam bertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.

Masjid adalah institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke kota Madinah, yakni masjid Quba’. Rasulullah SAW tidak menjadikan masjid hanya tempat shalat semata, namun dijadikan juga sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat pembinaan dan penyebaran dakwah Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, sebagai tempat untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai, sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial dan budaya, demikian pula digunakan untuk menerima duta-duta asing, sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, sebagai tempat bersidang, tempat mengurus baitul maal, menyusun taktik dan strategi perang, serta mengurus prajurit yang terluka. Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar langsung dan memberi berkhutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari.

Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah SAW membangun masjid terlebih dahulu dan dari masjidlah kemudian memancar cahaya Islam, menyebar ke seluruh cakrawala dunia. Masjid menjadi symbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan original sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan progressif. Masjid adalah rumah Allah yang dibangun atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun masjid harus diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah semata, sehingga masjid yang dibangun mampu memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya.

Pada masa keemasan Islam, universitas berada di dalam masjid, seperti masjid Al Azhar, Kairo, Mesir, dari masjid inilah melahirkan universitas terkemuka di dunia, yakni Universitas Al Azhar yang hingga kini dikenal dunia. Masjid Al-Azhar juga dikenal luas oleh kaum muslimin di Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata yang secara kontineu dilaksanakan di masjid. Kalau dulu universitas ada di dalam masjid, sekarang masjid ada di dalam universitas.

Bagaimana dengan kondisi masjid sekarang? Dilihat dari sisi pertumbuhan masjid di Indonesia, sungguh sangat menggembirakan. Dari tahun ke tahun, jumlah masjid kian bertambah. Tetapi kita harus jujur, harus kita akui, bahwa fungsinya belum maksimal dan optimal. Pemberdayaan masjid selama ini, kurang begitu diperhatikan. Padahal masjid mempunyai peran strategis dalam membangun kesejahteraan umat. Masjid selama ini hanya berperan sebatas tempat ibadah shalat ritual semata. Padahal jika masjid itu berdaya, maka masyarakatnya pun akan sejahtera.

Karena itu, kita harus merekonstrusi paradigma pemahaman manajemen masjid sesuai dengan khithahnya. Bukankah misi masjid hayya ‘alash shalaah (mari kita melaksanakan shalat), dan hayya ‘alal falaah (mari meraih kemenangan). Artinya mengajak melalui masjid, untuk meningkatkan kualitas ibadah ritual dan melalui masjid pula kita raih kemenangan. Dalam membebaskan kemiskinan, kebodohan dan ketebelakangan. Masjid seringkali menjadi simbol kebesaran Islam, namun jauh dari kegiatan memakmurkannya. Masjid sejak zaman Rasulullah SAW telah dijadikan pusat kegiatan Islam. Dari masjidlah Rasulullah SAW membangun umat Islam, dan mengendalikan pemerintahannya. Namun saat ini, masjid masih belum diberdayakan secara proposional bagi pembangunan umat Islam. Memang tidak mudah untuk mewujudkannya. Untuk mengajak umat kembali ke masjid seperti pada zaman Rasulullah SAW. Sementara persepsi yang berkembang sekarang adalah masjid hanya untuk kegiatan spiritual belaka. Memakmurkan masjid memiliki arti yang sangat luas. Yakni menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah. Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan masjid adalah pengelolaan masjid yang professional, menyemarakkan majelis taklim, Taman pendidikan Al-Qur’an, memberdayakan remaja masjid, mengelola perpustakaan, mengelola koperasi, poliklinik, unit pelayanan zakat, konsultasi bantuan hukum, lembaga pendidikan dan sekolah, baitul maal, toko buku, bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah. Bahkan bisa juga berupa menyelenggarakan bazar untuk memudahkan jamaah memperoleh kebutuhan yang murah dlsb.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, pengurus masjid harus tanggap terhadap kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Kendala-kendala maupaun masalah-masalah sosial yang dialami warga sekitarnya. Misalnya kelaparan, musibah, kesusahan, sakit jiwa, kefakiran, deviasi sosial, kenakalan remaja, musafir (pendatang yang kesusahan), ketiadaan air, ibn sabil dan lain sebagainya. Masijd melalui pengurusnya harus bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat dan konseling. Dalam hal peristiwa-peristiwa besar, pengurus masjid perlu bekerja sama dengan lembaga-lembaga afiliasi di atasnya, dengan organisasi terkait lain, ataupun dengan pemerintah.

Oleh karena masjid merupakan intrumen pemberdayaan umat, yang memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas masyrakat dan kesejahteraan umat, maka pengelolaan manajemen masjid harus professional. Seorang pengelola masjid yang mendapat amanah Allah SWT untuk mengurus masjid, haruslah seorang yang ikhlas, jujur, amanah, adil, disiplin, bertanggung jawab, peduli, bisa bekerja sama, bahkan dia seharusnya seorang visioner, berfikir maju bagaimana masjid bisa memberi manfaat yang banyak kepada umat. Allah berfirman dalam surah At Taubah : 18 yang maknanya : Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Seorang takmir masjid harus bercita-cita untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat. Oleh karena itu, falsafah yang harus dibangun oleh pengelola masjid adalah kesadaran diri bahwasannya masjid adalah min sya’aairilllah (bagian dari syiar Allah) yang harus dijunjung tinggi, dimuliakan dan dihormati. Masjid adalah lahan untuk beramal, beribadah, berjuang dan berkorban, serta mengabdi. Oleh karena itu, dalam mengelola masjid sebesar keinsfanmu, sebesar itu pula pahalamu. Dan yang lebih penting lagi bagi pengelola masjid adalah jangan sekali-kali mencari makan di masjid, tetapi carilah dari luar masjid untuk menghidupi masjid. Memang mengelola masjid diperlukan bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan (harta, bahu, fikiran kalau perlu nyawanya sekalian). Tanamkan kesadaran bahwasannya sayidul bilaadi khaadimuhum (orang besar itu adalah mereka yang mau mengabdikan dirinya menjadi pelayan umat). Apalagi menjadi pelayan rumah Allah. Seorang pengelola masjid, harus menyadari bahwasannya pelayanan itu harus dengan hati, harus dengan cinta. Aku bahagia karena aku bisa melayani, aku ada, maka aku melayani, melayani adalah ibadah, melayani adalah keterpanggilan, demikian pula melayani adalah fitrah. Teladanilah Rasulullah SAW ketika memimpin. Beliau memimpin dengan “cinta”. Ketika beliau melihat salah satu jamaah yang tidak hadir dalam shalat berjamaah, beliau selalu bertanya aina fulan? (di mana si Fulan?). setelah shalat Jum’ah pun Rasulullah sering menanyakan kepada sahabatnya : “Siapa yang pada hari dalam keadaan kesulitan?, siapa hari ini yang dalam kekurangan?. Sekali waktu Nabi juga bertanya : ayyu khidmah? (apa yang bisa aku bantu?). Apa yang bisa aku perbuat? Apa yang bisa aku lalukan? Betapa mulia akhlak Rasullah SAW dalam memimpin, bahkan seorang musuh Nabi pernah memberi sebuah pengakuan, belum pernah aku melihat seorang pemimpin yang dicintai pengikutnya seperti Muhammad SAW.

Jadikanlah Allah sebagai pegangan hidup, jadikanlah Allah sebagai tujuan hidup. Ingat bahwasanya kita adalah wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi ini. Oleh karena itu, wakililah sifat-sifat mulia Allah. Tanamkan kalimah tauhid laa ilaaha illallah ke dalam lubuk hati yang paling dalam. Cintailah Allah di atas segala-galanya. Mulailah segala aktivitas kita dengan memohon pertolongan Allah. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapat ridha Allah SWT.


iklan

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Peranan Masjid Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat"

Posting Komentar