Selamat Hari Buruh. Guru itu, Buruh juga ya?


Guru itu, Buruh juga ta?
Selamat Hari Buruh.
Semoga hari ini tidak sekadar menjadi momentum untuk mengeluh, dalam ratapan derita menjadi sebagai yg disuruh-suruh.
Eh, guru itu, buruh juga ta?
Selama ini, kok ya cuma para pekerja di perusahaan atau di pabrik-pabrik yg aktif turun ke jalan ketika May Day. Hanya dari golongan mereka, yg begitu rutin memperjuangkan kesejahteraan. Meskipun toh pada kenyataannya, selalu saja ada yg kurang. Entah dari sisi mana? Pasti ditemukan kekurangan-kekurangan untuk kemudian diangkat dan diperjuangkan. Lagi-lagi demi kesejahteraan para pekerja itu sendiri. Ini pun, didukung penuh oleh komunitas, organisasi, juga perserikatan yg semakin tumbuh untuk mengawal dan siap turut memperjuangkan kesejahteraan para pekerja itu.
Sudah. Itu buruh. Pekerja. Sekarang, bagaimana dengan para guru? Apakah cukup diembel-embeli "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa"? Maaf, saya tidak sedang membincangkan mereka yg sudah negeri. Ini, khusus yg masih sangat minim kesejahteraan. Yg semakin hari semakin banyak tugas dan pekerjaan yg musti terselesaikan. Yg semakin hari semakin berat tanggung jawabnya. Ada yg tahu, berapa GTT alias Guru Tidak Tenang, eh Guru Tidak Tetap itu digaji? Qiqiqiqiq. Dan dari mana sumber penggajian untuk mereka?
Mengenai kebutuhan, mau siapapun saja, jelas sama. Namanya juga manusia. Begitu pun soal kesejahteraan. Setiap orang memiliki cita-cita dan keinginan yg sama. Tetapi, yg menjadikan beda antara guru dengan pekerjaan lainnya adalah . . . . . ? Apa hayooo? Bisa jadi, anak-anak dari mereka, para pekerja yg gigih memperjuangkan nasibnya itu sedang dan masih dididik oleh guru-guru yg juga semakin tidak jelas masa depannya tadi. Dan saya tidak bisa membayangkan, seandainya guru-guru yg bernasib demikian ini kompak, bersepakat untuk "mogok". Pastinya, akan kalangkabut. Lagian, komposisi guru yg kesejahteraannya belum bisa ditanggung negara itu, jauh lebih banyak dibanding guru negeri.
Terlepas dari semua itu, berulang kali saya menjumpai guru-guru yg sangat sedemikian ikhlas mengabdi. Berbuat sepenuh hati untuk mendidik. Bekerja keras supaya anak-anak yg diampunya semakin berkualitas dan terus meningkat kebaikannya. Total ikhlasnya. Tidak sehari dua hari. Tetapi ada yg tahun-tahunan. Yg demikian ini pun, hanya tergaji dengan beberapa lembar saja. Itu pun, ada yg digajinya tiga bulan sekali. Sudah begini, ada saja yg masih tega memberikan iming-iming kelayakan hidup dengan hendak "diangkat", sekadar pemanis bibir, tanpa bisa segera terealisasikan.
Selamat Hari Buruh.
Semoga hari ini menjadi titik mula memantabkan niat diri untuk menjadi mandiri. Merdeka dengan segala daya-Nya yg telah dititipkan. Menjadi raja di tanah air sendiri.
Selamat Hari Buruh.
Atau, -maaf- menganggur sajalah. Biar paham bahwa masih sangat banyak manusia menginginkan hidup berpenghasilan, meskipun hanya menjadi seorang buruh. Atau, lihatlah penganggur-penganggur itu, agar tumpah ruah tangis diri wujud rasa syukur. Bukankah dengan melihat ke bawah akan menjadikan diri mudah bersyukur?
Selamat Hari Buruh.
Dan selamat Hari Pendidikan, untuk esok hari. Semoga setiap guru di seantero negeri ini, dianugerahi kekuatan berlebih demi kemajuan bangsa ini melalui upaya mendidik para generasinya.

Penulis : Ra Djie Kien 
iklan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Selamat Hari Buruh. Guru itu, Buruh juga ya? "

Posting Komentar