Tentang Apakah Manusia Biasanya Berfikir?
Dalam bab terdahulu telah disebutkan bahwa kebanyakan manusia
tidak berpikir sebagaimana seharusnya mereka berpikir dan tidak mengembangkan
sarana dan potensi berpikir mereka. Namun ada satu hal lagi yang penting
untuk dijelaskan di sini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal tertentu
selalu terlintas dalam benak manusia setiap saat sepanjang hidupnya. Hampir
tidak ada masa, kecuali ketika tidur, dimana pikiran manusia benar-benar
kosong. Sayangnya, sebagian besar dari pikiran-pikiran ini tidak berguna, "sia-sia"
dan "tidak perlu", sehingga tidak akan bermanfaat di akherat kelak,
tidak menuntun ke arah yang benar dan tidak mendatangkan kebaikan kepadanya.
Andaikata seseorang berusaha untuk mengingat apa-apa yang telah
dipikirkannya pada suatu hari, lalu mencatat dan memeriksanya dengan seksama
di penghujung hari tersebut, ia akan melihat betapa sia-sianya kebanyakan
dari apa yang telah ia pikirkan. Andaikata ia menemukan sebagian dari padanya
bermanfaat, maka boleh jadi ia tertipu. Sebab secara keseluruhan, pikiran-pikiran
yang menurutnya benar adakalanya ternyata tidak akan mendatangkan keuntungan
sedikitpun di akhirat.
Seperti halnya membuang waktu dengan melakukan pekerjaan yang
sia-sia dalam kehidupan sehari-hari, manusia adakalanya pula menghabiskan
waktunya secara sia-sia dengan terbawa oleh pikiran-pikiran yang tidak
bermanfaat. Dalam ayat: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman…yaitu…(dan) orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna" (QS. Al-Mukminun, 23 :1&3) Allah
mengajak manusia agar bersungguh-sungguh dalam masalah ini. Sudah pasti bahwa
perintah Allah di ayat tersebut juga berlaku dalam hal berpikir. Sebab
pikiran-pikiran yang tidak terkendali akan terus-menerus mengalir dalam benak
seseorang. Seseorang dengan sadar mengalihkan pikirannya dari satu hal ke hal
lain. Ketika sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, seseorang memikirkan
rencana untuk berbelanja. Mendadak kemudian ia berpikir tentang hal lain,
yakni apa-apa yang pernah dikatakan temannya satu atau dua tahun yang lalu.
Pikiran yang tidak terkontrol dan tidak berguna ini dapat berlangsung
terus-menerus sepanjang hari. Padahal, yang kuasa mengontrol pikiran-pikiran
tersebut adalah dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memikirkan
sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan dirinya; meningkatkan keimanan,
kemampuan berpikir, perilaku; serta memperbaiki keadaan sekelilingnya.
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang pada umumnya
cenderung dipikirkan oleh mereka yang berada dalam kelalaian. Alasan mengapa
masalah tersebut dijelaskan secara panjang lebar adalah agar orang-orang yang
lalai, dan yang membaca buku ini, segera menyadari bahwa ketika di kemudian
hari peristiwa yang sebagaimana disebutkan di buku ini terlintas dalam benak
mereka ketika dalam perjalanan ke tempat kerja atau ke sekolah; atau ketika
sedang melakukan pekerjaan yang rutin, mereka tidak lagi berpikir tentang
hal-hal yang sia-sia. Sebaliknya mereka akan mampu mengendalikan
pikiran-pikiran mereka dan berpikir segala sesuatu yang benar-benar berguna
bagi diri mereka.
Khayalan yang tidak bermanfaat.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik
akan mengakibatkan seseorang seringkali merasa khawatir atau mengalami
peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi seolah-olah telah terjadi
dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan.
Misalnya, orang tua yang mempunyai anak yang tengah belajar
untuk menghadapi ujian kadangkala membuat sebuah skenario sebelum ujian
tersebut berlangsung dalam benaknya: "Apa yang akan terjadi jika anaknya
tidak lulus ujian? Jika anak laki-lakinya tidak memperoleh pekerjaan yang
layak di masa depan, mendapatkan penghasilan yang cukup, maka ia tidak dapat
menikah. Kalaulah ia menikah, bagaimana ia dapat membiayai pernikahannya?
Jika ia tidak lulus ujian, semua uang yang dikeluarkan untuk persiapan ujian
tersebut akan terbuang percuma. Tambahan lagi, ia akan terhina di mata
orang-orang. Apalagi jika anak laki-laki teman dekatnya ternyata lulus sedang
anaknya sendiri gagal…"
Khayalan-khayalan tersebut terus berkembang, padahal anaknya
belum melaksanakan ujian. Seseorang yang jauh dari agama akan mudah terbawa
oleh khayalan sia-sia yang serupa sepanjang hidupnya. Hal ini tentu ada
sebabnya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa yang menyebabkan manusia terbelenggu
oleh khayalan atau angan-angan kosong adalah dikarenakan mereka membiarkan
telinga mereka dibisiki oleh syaitan:
"Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka ..." (QS. An-Nisaa’,
4: 119)
Sebagaimana termaktub dalam ayat di atas, mereka yang terbawa
oleh khayalan kosong, akan melupakan Allah, tidak berpikir, dan senantiasa
menerima bisikan-bisikan syaitan. Dengan kata lain, jika seseorang yang
tertipu oleh kehidupan dunia tidak menggunakan kekuatan tekad mereka, tidak
bertindak secara sadar dan berusaha meninggalkan kondisi yang demikian, ia
akan berada dalam kendali syaitan secara penuh. Satu diantara pekerjaan
syaitan yang patut diketahui adalah senantiasa menimbulkan keragu-raguan dan
khayalan-khayalan kosong dalam diri manusia. Oleh karena itu, segala
khayalan, perasaan putus asa dan kekhawatiran seperti: "apa yang akan
saya perbuat jika akan terjadi yang demikian" terbentuk dalam benak
seseorang akibat bisikan-bisikan syaitan.
Allah telah memberikan jalan keluar dari keadaan yang buruk ini.
Dalam Al-Qur'an, ketika niatan-niatan jahat syaitan melingkupi manusia,
mereka dianjurkan untuk minta perlindungan kepada Allah dan mengingat-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan
fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak
henti-hentinya (menyesatkan)" (QS. Al-A’raaf, 7: 201-202)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, mereka yang berpikir
akan dapat mengetahui mana yang benar, sebaliknya mereka yang tidak berpikir
akan menuju ke arah mana saja syaitan menyeret mereka.
Yang terpenting adalah mengetahui bahwa khayalan-khayalan
semacam ini tidak akan mendatangkan manfaat kepada manusia. Bahkan
sebaliknya, menghambat mereka dari memikirkan tentang kebenaran, hal-hal yang
penting; dan mencegah kebersihan akal dari segala hal yang sia-sia. Manusia
mampu berpikir secara benar jika akalnya telah bebas dari pikiran yang
sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan demikian, mereka "menghindarkan
diri dari apapun yang tidak bermanfaat" sebagaiman Allah perintahkan dalam
Al-Qur'an.
Versi online dari buku-buku Harun Yahya yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia sedang dalam persiapan.
Untuk sementara Anda dapat mengunjungi halaman Download untuk mendownload versi teks atau pdf yang tersedia dari buku-buku tersebut. |
||
© Harun Yahya Internasional 2004.
Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Bagaimana Seorang Muslim Berfikir"
Posting Komentar