KH Ilhamulloh Sumarkan, M.Ag
Manusia begitu terlahir, sejak itu pula dia harus siap hidup selamanya. Hidup di dunia, lalu pindah ke alam Barzah (kubur), lalu terakhir hidup di alam Akhirat. Maka, Akhirat itulah sebagai akhir perjalanan hidup kita. Dan di sana hanya ada dua tempat, yakni surga dan neraka. Siapapun di antara kita sepakat, bahwa tempat yang kita harapkan di akhirat nanti adalah di surga. Namun bagaimanakah upaya kita untuk meraih surga itu. Rasulullah SAW bersabda : “Tidak seorang pun di antara kalian yang bisa masuk surga dengan semata-mata mengandalkan amal ibadah”. Sahabat bertanya : “Apakah juga engkau ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Ya, saya sendiri juga tidak bisa masuk surga melalui amal ibadah semata, kecuali jika Allah memberiku rahmatNya”.
Suatu ketika Rasulullah SAW memanggil sahabat Jabir. Wahai Jabir! Ketahuilah, baru saja datang kepadaku Malaikat Jibril, menceritakan : Dulu, pada masa Bani Israil, ada seorang hamba yang hidup selama 500 tahun. Di tengah pulau, di atas bukit. Segala kebutuhan hidupnya dicukupi oleh Allah. Hidupnya selama 500 tahun itu hanya untuk beribadah kepada Allah, tanpa sedikitpun berbuat dosa. Hamba ini bermunajad : ”Ya Allah, kiranya Engkau mengakhiri kehidupanku ini, maka aku mohon, hendaklah Engkau mencabut nyawaku dalam keadaan sujud kepadaMu”. Permohonan ini dikabulkan oleh Allah, sehingga dia meninggal dalam keadaan sujud. Ketika aku Mi’roj, Allah memperlihatkan kepadaku hamba tadi seakan-akan berada di hadapan Allah pada hari Hisab. Ketika itu Allah memanggil malaikat : “Wahai malaikat! Masukkan hambaKu ini ke dalam surga”. Malaikat melaksanakan seraya bertanya : “Ya Allah, hamba ini masuk ke dalam surga, apa yang diandalkan? “Masukkan ke dalam surga karena mendapatkan rahmatKu”: Allah menerangkan. Mendengar itu, hamba ini protes : “Saya telah beribadah selama lima ratus tahun, tiap hari saya sujud dan sujud hanya berdzikir kepadaMu. Saya hanya beramal ibadah tanpa sedikitpun berbuat dosa, tetapi kenapa Engkau menyatakan aku masuk surga karena rahmatMu ya Allah? Lalu mana prestasi amal ibadahku selama 500 tahun itu ya Allah? Mendengar protes itu lalu Allah menyuruh malaikat untuk mengumpulkan amal ibadah hamba ini di dunia selama 500 tahun. Lalu perlihatkan satu saja nikmat yang Aku berikan, yakni nikmat penglihatan (mata). Timbang amalan hamba ini selama 500 tahun, dengan besar nikmat penglihatan yang Aku berikan yang telah ia nikmati selama 500 tahun”. Maka disaksikan sendiri oleh hamba itu, ternyata amal 500 tahun yang ia lakukan belum mampu mengimbangi beratnya satu nikmat yang diberikan oleh Allah yakni nikmat penglihatan. Allah berseru : Hai manusia! Sekarang engkau menyaksikan, ternyata amal ibadahmu jika ditimbang dengan nikmat yang Aku berikan kepadamu, satu nikmat saja belum cukup, belum nikmat-nikmat yang lain. Berarti kamu belum mampu mempertanggungjawabkan nikmat yang Aku berikan kepadamu. Berarti pula kamu tidak layak untuk masuk surga”. Menangislah hamba Allah ini, mengakui akan kelemahannya, seraya berucap : “Ya Allah, ternyata aku betul-betul menyaksikan sesungguhnya amal ibadah yang aku lakukan, belum sebanding dengan nikmat yang Engkau berikan”.
Dalam kesempatan yang Rasulullah SAW pernah diprotes oleh Aisyah : “Ya Rasulullah, kenapa engkau setiap malam melakukan shalat malam, bersujud di hadapan Allah,menangis di hadapan Allah, Apakah yang kurang yang diberikan oleh Allah, saya yakin, engkaulah yang pertama kali, akan dijatah masuk surga, sebelum surga dibuka untuk yang lainnya. Engkau selalu dijamin dan dijaga dari perbuatan dosa. Seandainya engkau takut neraka, Allah pun akan menutup rapat-rapat neraka itu dari pandangan engkau. Dan seandainya engkau menginginkan kekayaan di dunia, maka apapun kekayaan yang engkau inginkan, akan diberikan oleh Allah. Tetapi kenapa engkau melakukan ini setiap malam, hingga kedua kaki engkau bengkak? Rasulullah menjawab : “Wahai Aisyah, isteriku, ketahuilah, aku melakukan ini semua, bukan karena takut neraka, bukan karena ingin surga, juga bukan karena ingin kekayaan, tetapi aku ingin dicatat oleh Allah, sebagai hambaNya yang bersyukur. Sebab apapun yang aku lakukan, belum sebanding dengan apa yang diberikan Allah kepadaku”. Padahal Allah berfirman dalam surah At Takatsur : 8 kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu.
Karena itulah, Rasulullah SAW dalam perjalanan hidupnya, ia berikrar : “Demi Allah dalam sehari semalam yang saya jalani aku tidak pernah meninggalkan untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah, minimal 70 kali.
Rasulullah SAW saja yang jelas-jelas tidak pernah berbuat dosa, dalam sehari tidak kurang beristighfar 70 kali, sementara kita nyata-nyata tidak pernah luput dari salah dan dosa, maka semestinya kita malah lebih banyak beristighfar kepada Allah. Yakni istighfar karena berbuat dosa dan istighfar karena belum bisa banyak bersukur kepada Allah SWT.
Mungkin lalu muncul pertanyaan. Kalau demikian tidak ada artinya kita beramal di dunia ini, kalau amal tidak menjamin surga. Jawabannya tidak, amal tetap bermanfaat. Allah SWT menjelaskan dalam surah Al Jaatsiyaah : 30 : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.
Mudah-mudahan Allah membimbing kita untuk menjadi manusia-manusia yang sadar beramal ibadah dan bersyukur. Karena ibadah dan amal yang kita lakukan itu, satu sisi akan menyebabkan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, dan sisi lain akan menyebabkan pengampunan kita di hadapan Allah, seandainya kita tidak mampu mempertanggungjawabkan nikmat-nikmat yang Ia berikan kepada kita.
0 Response to "Menggapai Rahmat Allah"
Posting Komentar