Tantangan Da'wah di Era Global



DR H Imam Mawardi, MA


Era global adalah era yang penuh keterbukaan. Era bercampurnya nilai-nilai yang satu dengan yang lain. Globalisasi dalam teori ilmu sosial adalah proses mengecilnya dunia untuk menjadi satu. Saat ini dunia menjadi sempit, apa yang terjadi sekarang di Amerika bisa kita saksikan sekaran juga. Apa yang terjadi di Saudi Arabia sekarang, bisa kita dengarkan sekarang juga. Apa yang berkembang di tempat lain juga bisa mempengaruhi pola hidup kita.

Satu sisi globalisasi dengan transportasi, dengan tehnologi dan trevelingnya mampu memudahkan manusia, tetapi satu sisi yang paling parah adalah melenakan manusia dari tuhannya. Ketika manusia terlalu sibuk dengan apa yang terjadi dengan dunia luar, maka dia akan lupa dengan apa yang terjadi dalam diri mereka sendiri. Ketika manusia terlalu sibuk dengan sesuatu yang ada di luar, dia lupa akan kewajiban-kewajiban atas dirinya. Dan ketika manusia melupakan Tuhannya, melupakan fitrahnya, maka Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an surah Al Hasyr : 19.

Ada tiga hal yang harus kita lakukan dalam berdakwah dalam rangka menjaga komunitas muslim jangan sampai tergerus oleh nilai-nilai negative yang diakibatkan oleh arus globalisasi. Pertama, mengajak kepada Allah. Sekarang waktunya untuk kembali kepada Allah. Waktunya kembali kepada masjid sebagai sentral pembinaan spiritual. Ajaklah mulai dari keluarga kita sendiri ke masjid untuk penempaan kembali kepada Allah SWT. Jadi kembali kepada Allah adalah jawaban setiap permasalahan dalam hidup.

Kedua, mengerjakan amal shalih. Yakni dakwah memberi teladan dengan menampilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Semua kita harus menjadi da’i, pengajak kepada Allah dengan cara berperilaku yang baik dalam hidup bermasyarakat. Karena kita adalah manusia pilihan yang terbaik yang dipilih Allah untuk beramar ma’ruf di tengah-tengah masyarakat. (Ali Imron : 110)

Ketiga, meneguhkan identitas sebagai muslim. Dakwah di tengah globalisasi yang nilai-nilainya bercampur antara barat dan Islam, antara Amerika dengan Indonesia, antara Arab Saudi dan lainnya. Di antara semua itu kita harus tampil dengan kata-kata “Saya adalah orang Islam”. Kita tunjukkan identitas Islam. Jangan sampai malu bahkan takut. Sedih rasanya ada sebagian dari kita malu memakai identitas Islam di muka umum. Banyak orang Islam merasa malu memakai kopiyah ketika pergi ke Mall. Banyak orang yang risih membawa Al-Qur’an di bus kota. Sementara orang lain membawa kitabnya masing-masing dengan bangga. Kita punya penyakit minderwar the heat complec (rasa rendah diri). Penyakit psikologi umat yang salah ini harus kita sembuhkan. Banggalah sebagai muslim, nyatakan saya adalah muslim. Dan kita bergerak dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai keIslaman yang diajaarkan oleh Rasulullah SAW.

Semua kita punya kesempatan untuk menjadi da’i (mengajak kepada Allah) dengan caranya masing-masing sesuai profesi yang ditekuni. Yang kaya bisa berdakwah melalui kekayaannya, dengan membantu untuk kemajuan umat Islam. Yang miskin dengan doanya, memohon kekuatan demi kekuatan umat. Yang punya jabatan, dengan jabatannya membantu untuk kemajuan umat Islam. Tapi sayangnya, penyakit dari umat Islam di manapun, di Indonesia, di Timur Tengah semua terpecah-belah, tidak mau bersatu. Masing-masing menyalahkan orang lain dan mengklaim hanya dirinya yang paling benar. Padahal Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersatu. Semoga ke depan kita bisa bersatu sehingga kejayaan Islam akan terwujud.

iklan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tantangan Da'wah di Era Global"

Posting Komentar