Prof. Dr. Moh.
Ali Aziz M.Ag
Saya pernah
menjumpai seorang mahasiswa yang mengaku menjadi pegiat KOMAR (Komunitas Millah
Abraham). Menurutnya, Agama Islam, Kristen dan Yahudi merupakan agama serumpun
dengan satu bapak: Nabi Ibrahim as. Menurutnya pula, untuk membangun dunia yang
damai, ketiga agama itu perlu disatukan. Perlu kita ketahui bahwa gerakan itu
bukan baru, sebab sudah lama dikampanyekan di Barat. Hampir sama dengan gerakan
itu, kita juga mendengar beberapa muslim yang mengatakan bahwa semua agama
adalah benar. Menurut mereka, dengan keyakinan itu, kehidupan penuh toleransi
di tengah masyarakat yang multi kultural bisa dibangun. Inilah yang disebut
pluralisme agama yang diharamkan oleh Majlis Ulama Indonesia. Inilah iman yang
tidak bertauhid, dan inilah yang harus dicuci dengan firman Allah. (QS. Ali
Imran [3]:19, 85)
Semua muslim cinta damai dan berjuang bersama-sama untuk membangun kehidupan yang toleran antar umat beragama, namun tidak perlu mengorbankan tauhid. Kita harus berkata “Islam satu-satunya agama yang benar”. Ini harga mati. Namun, kalimat ini jangan diputus disini, agar tidak menimbulkan kesalahfahaman dan radikalisme. Tapi katakan selanjutnya, “Sekalipun agama selain Islam tidak benar, namun kita WAJIB menghormati keimanan dan ibadah mereka”. Inilah tauhid radikal tapi tidak menimbulkan radikalisme dalam kehidupan berbangsa. Nabi SAW pernah mengijinkan beberapa tamunya yang beragama Nasrani untuk beribadah di sekitar masjid Madinah. (QS.Yunus[10]:99) Masih ada orang Islam berpandangan bahwa kekayaan menjadi penghalang kedekatan manusia dengan Allah SWT. Maka ia memilihi berpakaian compang camping, makan seadanya, dan menikmati kemiskinan. Ia juga berkeyakinan bahwa hidup dengan harta yang melimpah sama dengan menyiapkan diri untuk hidup menderita di akhirat, sebab pemeriksaan Allah sangat ketat, sehingga kelak orang lain sudah masuk ke surga, ia masih berlama-lama mempertanggungjawabkan kekayaannya. Memang benar Rasulullah SAW memerintah kita untuk hidup zuhud, sebagaimana ia bersabda, ”Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang ada pada maanusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah dari Abbas, Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi r.a).
Jika ada di antara keluarga kita yang otaknya berisi keyakinan bahwa semua agama benar, bahwa ajaran agama samawi perlu dirangkum menjadi satu ajaran, bahwa bom bunuh diri atau sejenisnya sebagai maskawin pernikahan dengan bidadari surga dan bahwa kekayaan dan kejayaan ekonomi umat menjadi penghalang kedekatan dengan Allah, maka ia harus segera diajak berdiskusi dengan kasih sayang untuk memperoleh pencerahan firman-firman Allah secara benar. Perlu dicatat, bahwa membentengi keluarga dari gerakan-gerakan sesat, tidak cukup hanya dengan berdiskusi. Tapi perlu juga suasana keluarga ”baiti janati” (rumah tangga bernuansa surgawi).
Semua muslim cinta damai dan berjuang bersama-sama untuk membangun kehidupan yang toleran antar umat beragama, namun tidak perlu mengorbankan tauhid. Kita harus berkata “Islam satu-satunya agama yang benar”. Ini harga mati. Namun, kalimat ini jangan diputus disini, agar tidak menimbulkan kesalahfahaman dan radikalisme. Tapi katakan selanjutnya, “Sekalipun agama selain Islam tidak benar, namun kita WAJIB menghormati keimanan dan ibadah mereka”. Inilah tauhid radikal tapi tidak menimbulkan radikalisme dalam kehidupan berbangsa. Nabi SAW pernah mengijinkan beberapa tamunya yang beragama Nasrani untuk beribadah di sekitar masjid Madinah. (QS.Yunus[10]:99) Masih ada orang Islam berpandangan bahwa kekayaan menjadi penghalang kedekatan manusia dengan Allah SWT. Maka ia memilihi berpakaian compang camping, makan seadanya, dan menikmati kemiskinan. Ia juga berkeyakinan bahwa hidup dengan harta yang melimpah sama dengan menyiapkan diri untuk hidup menderita di akhirat, sebab pemeriksaan Allah sangat ketat, sehingga kelak orang lain sudah masuk ke surga, ia masih berlama-lama mempertanggungjawabkan kekayaannya. Memang benar Rasulullah SAW memerintah kita untuk hidup zuhud, sebagaimana ia bersabda, ”Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang ada pada maanusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah dari Abbas, Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi r.a).
Jika ada di antara keluarga kita yang otaknya berisi keyakinan bahwa semua agama benar, bahwa ajaran agama samawi perlu dirangkum menjadi satu ajaran, bahwa bom bunuh diri atau sejenisnya sebagai maskawin pernikahan dengan bidadari surga dan bahwa kekayaan dan kejayaan ekonomi umat menjadi penghalang kedekatan dengan Allah, maka ia harus segera diajak berdiskusi dengan kasih sayang untuk memperoleh pencerahan firman-firman Allah secara benar. Perlu dicatat, bahwa membentengi keluarga dari gerakan-gerakan sesat, tidak cukup hanya dengan berdiskusi. Tapi perlu juga suasana keluarga ”baiti janati” (rumah tangga bernuansa surgawi).
0 Response to "Cuci Otak "
Posting Komentar