Mu'ammal Hamidy,
Lc
Shalat Lail atau
shalat malam yang biasa kita kenal dengan tahajjud atau tarawih di bulan
Ramadhan, adalah shalat sunat, yang keafdhaliyahannya secara umum adalah
menambah pahala, juga menyempurnakan kekurangan-kekurangan dalam shalat wajib.
Namun, secara khusus shalat lail ini ada keistimewaan tersendiri. (lihat Q.S.
17:79-81).
Kalau dalam ayat di atas, ditegaskan bahwa dengan shalat tahajjud itu pelakunya, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW ditempatkan dalam posisi terpuji (maqaman mahmuda), maka salah satu wujudnya adalah ditaklukkannya Mekah dan dibersihkannya Ka'bah dari berhala-berhala yang tidak kurang dari 630 buah patung. Karena menurut salah satu riwayat, bahwa ayat ini diturunkan menjelang hijrah, menyusul Fathu Makkah. Sehingga kalimat "keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik" itu ialah keluar Madinah. Sedang "masukkanlah aku dengan cara masuk yang baik" itu adalah masuk Mekah. Ada pula yang menafsiri "keluar masuk Mekah dengan keadaan selamat dari gangguan kaum musyrikin". ( Lihat Tafsir al-Munir). Sementara pengertian "telah datang kebenaran dan lenyaplah kebatilan" itu, adalah datangnya tauhid dan hancurnya berhala. Dari sini, maka dapat distinbatkan, bahwa do'a tersebut naik sekali dibaca setiap usai shalat malam, dan sebagai do'a menyelesaikan problem.
Ini salah satu bentuk posisi maqaman mahmuda bagi Nabi Saw di dunia, dan juga bagi kaum muslimin. Sementara maqaman mahmuda di akhirat, bagi beliau jelas adalah surga Firdaus, surga yang tertitnggi, yang juga bisa kita raih, insya Allah asal kita bisa berprilaku seperti prilaku Rasulullah Saw, sebab beliau juga pernah bersabda : Sahal bin Sa'd mengatakan : Rasulullah Saw bersabda : Aku dan penang-gung jawab anak yatim berada di surga seperti ini, sambil berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah; (HR Abu Hatim, Ahmad, Muslim dan Thabrani). Namun Abu Hatim mengatakan " : Perkataan " seperti ini " itu maksudnya sama-sama masuk surga, bukan surganya itu sederajat dengan Nabi Saw.
Itu, pendapat beliau. Hakekatnya kita tidak tahu. Bisa saja sederajat. Wallahu a'lam. Yakni, orang ahli tahajjud bisa saja sederajat dengan Nabi Saw di Firdaus nanti, insya Allah. Karena itu tidak perlu rasanya kita mengatakan Ya Tuhan. Aku tidak layak masuk surga Firdaus. Bila perlu bisa saja kita katakan, sebagai rasa optimis : Ya Tuhan, aku juga layak masuk surga Firdaus. Karena itu aku terus berusaha untuk itu. Antara lain degan menekuni shalatul lail ini. (lihat Q.S. 51:15-18).
Melihat begitu pentingnya shalatul lail, maka banyak sekali hadis Rasul Saw yang menyerukannya, a.l. : Abu Darda' mengatakan : Rasulullah Saw bersabda : " Ada tiga golongan yang dicintai Allah, dan Allah tertawa serta memberikan kabar gembira, yaitu : 1. Seseorang yang ketika menjumpai ada sekelompok orang yang sedang menyerbu musuh dia langsung turut berperang di belakang mereka tenpa menghiraukan apakah dia akan terbunuh atau mendapat pertolongan Allah alias menang, dan itu dipandang sudah cukup baginya. Terhadap orang tersebut Allah menyerukan kepada Malaikat : Lihatlah hamba-Ku itu bagaimana dia bisa begitu tabah demi keredhaan-Ku. 2. Seseorang yang mempunyai isteri cantik dengan tempat tidur yang empuk, lalu dia bangun malam (untuk shalat malam). Dalam hal ini Allah mengatakan kepada Malaikat : Lihat dia meninggalkan syahwatnya demi mengingat Aku, padahal jika dia mau bisa saja dia tidur. 3. Seseorang yang dalam bepergian dengan rombongan lalu semuanya bangun lalu tidur kembali, lalu dia sendiri yang bangun malam di waktu sahur baik dalam keadaan payah maupun santai ". (HR Hakim dan Thabrani, dengan sanad shahih).
Kini, kita bangsa dan Negara Indonesia sedang dalam keterpurukan, kegiatan shalat lail barangkali salah satu solusi mengatasi keterpurukan itu. Namun, harus pula dibarengi dengan keimanan yang baik, ketulusan beribadah, moralitas yang tinggi dan ketaqwaan kepada Allah yang sebenarnya. Dan ini terlebih khusus bagi para pejabat teras.
Kalau dalam ayat di atas, ditegaskan bahwa dengan shalat tahajjud itu pelakunya, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW ditempatkan dalam posisi terpuji (maqaman mahmuda), maka salah satu wujudnya adalah ditaklukkannya Mekah dan dibersihkannya Ka'bah dari berhala-berhala yang tidak kurang dari 630 buah patung. Karena menurut salah satu riwayat, bahwa ayat ini diturunkan menjelang hijrah, menyusul Fathu Makkah. Sehingga kalimat "keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik" itu ialah keluar Madinah. Sedang "masukkanlah aku dengan cara masuk yang baik" itu adalah masuk Mekah. Ada pula yang menafsiri "keluar masuk Mekah dengan keadaan selamat dari gangguan kaum musyrikin". ( Lihat Tafsir al-Munir). Sementara pengertian "telah datang kebenaran dan lenyaplah kebatilan" itu, adalah datangnya tauhid dan hancurnya berhala. Dari sini, maka dapat distinbatkan, bahwa do'a tersebut naik sekali dibaca setiap usai shalat malam, dan sebagai do'a menyelesaikan problem.
Ini salah satu bentuk posisi maqaman mahmuda bagi Nabi Saw di dunia, dan juga bagi kaum muslimin. Sementara maqaman mahmuda di akhirat, bagi beliau jelas adalah surga Firdaus, surga yang tertitnggi, yang juga bisa kita raih, insya Allah asal kita bisa berprilaku seperti prilaku Rasulullah Saw, sebab beliau juga pernah bersabda : Sahal bin Sa'd mengatakan : Rasulullah Saw bersabda : Aku dan penang-gung jawab anak yatim berada di surga seperti ini, sambil berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah; (HR Abu Hatim, Ahmad, Muslim dan Thabrani). Namun Abu Hatim mengatakan " : Perkataan " seperti ini " itu maksudnya sama-sama masuk surga, bukan surganya itu sederajat dengan Nabi Saw.
Itu, pendapat beliau. Hakekatnya kita tidak tahu. Bisa saja sederajat. Wallahu a'lam. Yakni, orang ahli tahajjud bisa saja sederajat dengan Nabi Saw di Firdaus nanti, insya Allah. Karena itu tidak perlu rasanya kita mengatakan Ya Tuhan. Aku tidak layak masuk surga Firdaus. Bila perlu bisa saja kita katakan, sebagai rasa optimis : Ya Tuhan, aku juga layak masuk surga Firdaus. Karena itu aku terus berusaha untuk itu. Antara lain degan menekuni shalatul lail ini. (lihat Q.S. 51:15-18).
Melihat begitu pentingnya shalatul lail, maka banyak sekali hadis Rasul Saw yang menyerukannya, a.l. : Abu Darda' mengatakan : Rasulullah Saw bersabda : " Ada tiga golongan yang dicintai Allah, dan Allah tertawa serta memberikan kabar gembira, yaitu : 1. Seseorang yang ketika menjumpai ada sekelompok orang yang sedang menyerbu musuh dia langsung turut berperang di belakang mereka tenpa menghiraukan apakah dia akan terbunuh atau mendapat pertolongan Allah alias menang, dan itu dipandang sudah cukup baginya. Terhadap orang tersebut Allah menyerukan kepada Malaikat : Lihatlah hamba-Ku itu bagaimana dia bisa begitu tabah demi keredhaan-Ku. 2. Seseorang yang mempunyai isteri cantik dengan tempat tidur yang empuk, lalu dia bangun malam (untuk shalat malam). Dalam hal ini Allah mengatakan kepada Malaikat : Lihat dia meninggalkan syahwatnya demi mengingat Aku, padahal jika dia mau bisa saja dia tidur. 3. Seseorang yang dalam bepergian dengan rombongan lalu semuanya bangun lalu tidur kembali, lalu dia sendiri yang bangun malam di waktu sahur baik dalam keadaan payah maupun santai ". (HR Hakim dan Thabrani, dengan sanad shahih).
Kini, kita bangsa dan Negara Indonesia sedang dalam keterpurukan, kegiatan shalat lail barangkali salah satu solusi mengatasi keterpurukan itu. Namun, harus pula dibarengi dengan keimanan yang baik, ketulusan beribadah, moralitas yang tinggi dan ketaqwaan kepada Allah yang sebenarnya. Dan ini terlebih khusus bagi para pejabat teras.
0 Response to "Keutamaan Shalat Lail"
Posting Komentar